Jakarta - Lembaga pangan dan pertanian dunia yang berada di bawah Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB), Food and Agriculture Organization (FAO) mengungkapkan masa depan pangan Indonesia ada di sagu dan singkong. Saat ini, pangan pokok di Indonesia masih mengandalkan beras.
Cadangan sagu dan singkong di Indonesia sangat besar. Sagu dan singkong bisa menjadi tumpuan atau pilihan makanan berkarbohidrat pengganti nasi di masa mendatang.
"Untuk masa depan, pangan di Indonesia salah satunya sagu dan singkong," kata Assistant FAO Representative Indonesia Ageng Setiawan Herianto saat diskusi di Menara Thamrin, Jakarta, Rabu (1/4/2015).
Kedua jenis makan tersebut saat ini masih dianggap sebagai makanan kelas bawah atau bukan makanan utama. Sehingga minat masyarakat mengkonsumsi sagu dan singkong sebagai bahan pokok masih rendah.
"Kalau bisa dimanfaatkan dan dinaikkan prestige, yakni makan sagu sagu dan singkong bukan makanan orang pinggiran maka orang akan geser untuk mengkonsumsi," ujarnya.
Fakta saat ini, Indonesia merupakan lumbung sagu terbesar di dunia. Namun sayangnya negara tetangga yang justru memanfaatkan potensi sagu di Indonesia.
Sagu juga masih dimanfaatkan bukan sebagai bahan pangan tetapi untuk kebutuhan industri seperti bahan baku lem. Potensi lahan sagu Indonesia mencapai 1,2 juta hektar.
"Kita area sagu terbesar di dunia," sebutnya. Khusus singkong, produksi singkong Indonesia masih kalah daripada Thailand bahkan Indonesia masih mengimpor singkong. Tanaman singkong masih dianggap sebagai produk pertanian alternatif.
"Thailand berhasil atur sistem penanaman, mereka berhasil tanam. Sedangkan kita masih tradisional dan dianggap sebagai tanaman sampingan," ujarnya.
Sumber : finance.detik.com
No comments:
Post a Comment